Wednesday, September 26, 2007

walking in her shoes (1)

Aku senang sekali siang ini, aku barusan dari rumahnya. Dia ingin mengenalkan aku sebagai temannya ke ibunya. Sayang pas kita ke sana ibunya lagi ngga ada. Tapi dia ngajak aku liat-liat rumahnya. Entah apa yang kami lakukan ini, tapi aku merasa senang sekali.

Ini memang ngga benar, tapi juga ngga terasa terlalu salah.. aneh ya?

Katanya cinta itu sangat luas, ngga terbatas.. lalu kenapa yang ini terbatas?

Kemarin ada seorang teman yang ucapannya tiba-tiba membuatku berpikir: Memang iya orang yang sudah menikah itu adalah hak keluarganya? Memang iya seseorang itu bisa dimiliki 100% oleh orang lain?

Why suddenly can't I put myself on her shoes?

Jahatkah?

Terharu membaca ceritamu ttg kunjungan ke rumahnya. Duh.. dia kok ga hati-hati sama hatinya sendiri (dan hatimu juga) sih? Perlu juga kau pertanyakan ke dia tentang ini semua mau dibawa ke mana? Dan semua yang dia lakukan untuk apa? Bahaya tampaknya kalau dua-duanya terlalu menikmati dan mikir "ya udah lah, ga usah mikir kejauhan, jalani aja dulu". Karena nanti kalau udah sampai akhirnya, semua bingung bersikap gimana. Atau kalau tidak berlarut-larut nggak ada juntrungannya.

Cinta yang luas tak terbatas itu cinta yang universal rasanya. Karena namanya cinta pasti ada batasnya (pacar orang, suami orang, apalah), kecuali lo percaya apa kata Kahitna: cinta tak harus memiliki.

Tentang suami itu hak istri, well... bener juga. Selain itu, dia juga hak anak-anaknya. Dimiliki 100% itu mungkin nggak juga, tapi yang 100% itu dibagi-bagi lagi, dan wanita idaman lain porsinya paling kecil. Usahakan untuk melimitasi untuk nggak pake investasi perasaan.

Itu juga jawaban kenapa lo ga bisa walking in her shoes. Karena lo ada perasaan sama dia. Karena ada perasaan, maka ada keinginan untuk memiliki. Masalah jahat atau baik itu relatif, dan emang masih jaman percaya ama pembedaan-pembedaan dikotomis gitu? Hehe!

No comments: