Thursday, May 25, 2006

Ingenue goes to Europa

Amazing Race doang mah lewat! :P

So, yea.. I went to Europe! I think it was the best two weeks ever! Enough said, here are the highlights : (and oh! Gue akan membuatnya sedikit detail, bukan karena norak tapi biar bisa jadi panduan buat yang kepikiran untuk jalan-jalan ke Eropa)

1. Munich : “hang out with kewl and the gank!”

Host : Simon and Felix

Facts :
1. People don’t really speak English
2. They eat cold sandwich (I don’t think this is the city where u wanna eat something good)
3. In Europe, I think H & M is kinda big (or shud I say “H und M”?)
4. Also generally in Europe, stay at the right side (when u walk, at the elevator, etc)
5. U can usually bring something to eat/drink in indoor public places. We were entering Saturns, I threw my drink in the garbage bin in front of the store when inside there was a guy having chocolate sundae! The same things also happened in some stores.
6. People put brezel directly on the table. Di sini gue aja ngga bisa naro kerupuk di atas meja begitu aja, harus ada piringnya bo..
7. Bike is like the 2nd vehicle after car
8. When u order water to drink, remember to say “without gas” or just mention specifically the brand. Kalo engga, mereka akan ngasih lo air soda.
9. Di Munich, lo ngga boleh bunyiin klakson sembarangan. Kalo lo bunyiin klakson, itu harus dalam keadaan yang emergency banget. Misalnya lo nyamperin temen lo di flatnya, trus lo bunyiin klakson dari bawah untuk nyuruh dia turun, itu ngga boleh, karena tidak dianggap sebagai keadaan yang emergency. Gue sampe tanya ke Simon, lah jadi gimana dong pembuktiannya kalo keadaannya bener-bener emergency atau engga? Dia bilang, ya polisinya akan interogasi elo, kalo perlu pake saksi-saksi. Hehehe.. sinting.


2. Was it Italy or the gipsy country?


Host : Gian, Gufredo (I don’t think the spelling is correct) and Indra.

Italy gue jadiin satu karena ternyata gue ngga terlalu suka negara ini.

My version of good things about Italy :
1. Great Museum of Film in Torino
2. Duomo di Milano. Gue bersyukur banget ini adalah bangunan bersejarah pertama yang gue liat di sana, secara emang bagus banget. Rome was nice, tapi ada terlalu banyak museum/churches/historical places yang bisa lo datangi, they were like all over the city, then we got sick and tired with such things. At the end, we promised ourselves that Rome was the last city with historical places during the trip. Eneg!
3. Mereka punya acara TV yang konsepnya lucu, “Camera CafĂ©”. Walo ada juga acara TV yang kurang kerjaan. Inget Fun House kan? Yang lari-lari estafet bawa troli atau semacamnya itu lah, nah mereka juga punya acara kaya gitu, tayangnya sekitar jam 9 malam, bedanya, semua pesertanya telanjang bulet let let.. Sick!

And the reasons of why I kinda hate it :
1. For a fashionable city (Milan), or shud I say country?, the train station design weren’t fashionable at all. It was like a bigger Gambir, sumpah! Walopun alasannya adalah stasiun-stasiun kereta di Italy adalah termasuk yang tertua, tapi ngga mesti busuk gitu dong? Gue setuju kata orang-orang local Europe, Italy kalo dibandingin sama negara-negara yang German-based-language itu seperti Jakarta vs Singapore. Italy = Jakarta dong, pastinya. Messy!
2. Banyak copet! Asli sumpah ngeselin abis. Soalnya kota-kota kaya Rome sama Milan itu banyak banget pendatangnya, terutama orang-orang yang bisa dibilang miskin (gipsy, Rumanians, blacks). Kerjaannya di sana ya gitu deh, kalo ngga nyopet, nipu orang. Gue hampir kecopetan di Milan, dan Clelia keilangan dompet dan HPnya, dalam waktu kurang dari 1 jam ajah. Pertama dompetnya ilang, trus lapor polisi, jalan bentar, duduk di park, tiba-tiba HPnya ngga ada aja gitu.
3. Di Rome jalanannya semua berbatu. Batu-batu besar gitu sih, trus kotanya kan emang datarannya naik turun, nah asli deh, jalanan berbatu itu bikin kaki lo pegel gila!
4. Suatu malam, gue, Pepi dan Indra ke club “dadakan” di kampusnya Indra. Pas masuk, kita dikasih semacam drink voucher warna ungu. Karena di dalam ternyata ngga begitu menarik, kita bermaksud keluar lagi. Tapi di pintu keluar kita dicegat, dan dimintain voucher warna putih. Ternyata voucher warna putih akan kita dapetin kalo beli minum pake voucher ungu, jadi semacam tanda sudah beli minum gitu. Okay, ngga masalah, kita masuk lagi ke dalam. Karena sebenernya udah males, kita liat menu minuman dan langsung pesen bir yang harganya paling murah, cuma 2.5 euro. Pas mau bayar di kasir, ternyata engga loh.. menunya malam itu ngga berlaku, semua minuman harganya 15 euro, termasuk bir. Males banget ngga sieehh? Kita ngga bisa keluar kalo ngga nunjukin kertas putih, kertas putih ngga akan didapet kalo kita ngga beli minum, minum ngga akan didapet kalo kita ngga bayar at least 15 euro! Mau marah ngga sih lo? Ati-ati aja lah sama trik-trik club yang kaya gini.
5. Pernah denger orang Italy ngobrol ngga? Okay berisik.. kalo 1-2 orang mungkin ngga papa, nah ini satu negara ngomong degan mimic, gesture dan volume kaya di telenovela gitu. Pusing!

3. Vienna : “Even better than Before Sunrise”

Host : MK and Andi

Ini adalah kota yang paling rileks selama kita liburan. And, no minuses :P

Pluses :

1. “So, you like the channel?”

Mereka punya channel musik yang keren banget namanya gotv. Kompisisinya bisa yang 2 lagu indie, 1 lagu bahasa Jerman, 1 lagu pop. Bagus!

Soal acara TV yang aneh, di sini lah pertama kali gue ngeliat porn tv, I mean, there was a woman striptease ngeliat ke camera. It was a woman, a regular housewife, yang badannya masih “asli” banget. Agak eneg ya.. Adanya di ^TV+ atau ATV+ gitu, mulai sekitar jam 1 pagi sampe subuh. Freak abis!

2. Kasian banget deh negara-negara yang ngga berbatasan sama laut kaya Austria ini, mereka jadi ngga punya pantai, dan akhirnya bikin pantai sendiri huhuhu.. All you need are the sand, the sun and the beach bar. Trus udah aja gitu letaknya ngadep ke sungai, dengan latar belakang gedung-gedung tinggi huhuhu..!

.....I wonder in which district are we now? :)

3. Mungkin hal ini ada di sebagian negara di Eropa, tapi pertama kali gue ngeliatnya di Vienna. Kalo ada traffic light buat sepeda di sana, itu kan udah biasa ya.. Letaknya biasanya setengah dari tinggi tiang traffic lightnya. Di Vienna, selain ada traffic light buat sepeda, ada juga 3 traffic light kecil yang ada di atas/bawahnya light buat sepeda.
Jadi bentuknya tuh.. 3 traffic light biasa yang merah, kuning, ijo di atas, trus di bagian tengahnya ada 4 lights yang lebih kecil : 1 gambar sepeda (di kota lain light buat sepeda bisa jadi ada 2 - 1 buat warna merah, 1 buat warna hijau), dan 3 lagi traffic light biasa.
Gue agak ngga ngerti sih kenapa jadi double gitu ya traffic lightnya? Menurut Mario, traffic lights yang kecil itu buat orang yang udah terlanjur ada di deretan depan, dan udah susah ngeliat traffic light yang ada di atas, atau bisa juga buat orang yang ada di deretan depan, yang terlanjur males nengok ke atas. Jadi mereka tinggal nenggok ke arah tiang aja, sebatas tinggi mata pengemudi, and voila.. keliatan deh lampu merahnya! Hahaha.. Such a waste!
Mario bilang, emang begitu kalo negara terbilang (terlalu) maju, suka ngga ada kerjaan! hehehe..

4. Kita diajak ke amusement park! How cute is that?? I mean, we never expected to go to such place during the trip! A cute and pretty different choice!

“Do you believe in “other half” in term of love and romance? Well, I do believe in one thing.. Finding other half doesn’t always need a long term relationship. It can simply comes from a crazy idea, and two hearts that are desperately in love”


5. The brilliant Berlin

Host : Aldi

Kota ini bener-bener seperti apa yang ada di bayangan gue : great haircuts, grafity, ekspresif banget!

Tiga kata yang tepat untuk menggambarkan Berlin adakah “Serah deh, Nek!” hehehe.. Seperti kata Aldi, di Berlin mah makin “nabrak” gaya lo, makin keren kekeke.. Beda sama di Italy, kalo menurut Indra, intinya di Italy lo ngga usah kuatir over-dressed karena makin over-dressed makin keren! Huhu..

Pas baru datang, gue liat ada sign tulisannya “The land of ideas” di sekitar Hardenberg Tor. Tadinya gue pikir itu slogan bualan semata.. eh ternyata beneran loh, kota ini kreatif abis ngga ada matinya. Contohnya souvenir. Kalo kota-kota lain di Eropa mungkin mentok di lighter, piring-piringan, gantungan kunci, t-shirt sama postcard. Di Berlin, semua benda bisa jadi souvenir. You name it. Salah satu yang paling spektakuler yang gue temui adalah sejenis penne mentah gitu tapi berbentuk beruang warna-warni (beruang itu lambangnya Berlin). See? Makanan aja bisa jadi souvenir!

Another cool thing about the city.. jangan pernah males mampir ke hof-hof. Kita sendiri mengartikannya dengan semacam sebuah jalan kecil gitu, yang menuju bangunan yang lain. Yang biasanya akan lo temui adalah hof-hof itu menuju sebuah taman bullet, nah yang ada di sekitar taman itu yang menyenangkan. Misalnya ada small shops, barang dagangannya ngga akan pernah bisa lo tebak. Contoh : Kalo lo lagi jalan-jalan di Hackescher Markt, masuk deh ke hof ke-2 setelah Hackescher Hofe. Di dalamnya ada toko Ampelmann. Oh ya, satu hof juga bisa lead ke hof yang lain, jadi lo ikutin aja terus.

Salah satu tempat yang Berlin banget adalah Tacheles di Oranienburger Strasse. Bangunan 5 lantai yang sekilas kaya bangunan kosong dan busuk, dan penuh dengan coretan-coretan di temboknya. Dari dalamnya terkadang keluar 1 atau 2 orang, lalu-lalang. Kita masuk ke sana. Pas sampai lantai 2, di ruangan kosong penuh grafity itu ada TV yang muterin video absurd tentang muka orang, semacam video-video art-nya Ruang Rupa deh.
Lanjut ke lantai 3, lo akan nemu bar kecil yang lampunya semua warna merah!
Lantai 4 paling aneh sih kalo gue bilang, ini semacam galeri buat pada artist, ada satu ruangan yang lukisannya masih bisa dimengerti, ada satu ruangan yang isinya lukisan toket semua, ada 1 ruangan yang agak-agak serambi karena isinya boneka atau manekin dengan kepala yang lebih gede daripada badannya!
Nah lantai 5, lo kembali akan nemuin bar yang setengah open air. Dari situ lo bisa nonton film di lapangan bawah yang diproyeksiin ke tembok. Top abues!

Kalo udah ke situ, jangan lupa dong ah untuk mampir ke Zapata. Itu semacam club underground dengan live music. Gue sempet liat di jadwal panggungnya. Bulan Mei temanya “rock” gitu, trus bisa cross over ke mana aja, tiap hari beda-beda. Masuknya cuma 2 euro, bir cuma 3. Asik lah pokoknya!

Malam terakhir paling seru menurut gue. Karena somehow gue mendambakan kegilaan "pulang clubbing langsung ke airport/train station" hehehe.. i believed it's gonna be a moment to remember! (which it was..).
Malam terakhir itu kita ke sebuah bar yang biasanya ngadain acara2 berbau2 British music (gue lupa namanya. Di?). Dari situ gue janjian ketemu sama Minkus. Waktu jelasin arah ke bar di mana Minkus berada, dia sendiri yang kesulitan gitu neranginnya. Dia bersikeras jemput kita di train station terdekat. So we met him. I did think he was a cool guy. Dia ngajak kita keluar dari train station dan jalan ke arah kolong jembatan (di atasnya ada jalanan mobil, apa tuh namanya? - damn! kok gue jadi banyak lupa istilah gini yah?).
And there was the club. Di bawah kolong jembatan, literally.
It was an underground one, of course.
Gila, buat gue ini gong banget buat malam terakhir gue di Berlin! Huaahh.. gue susah ngejelasin betapa senengnya gue dibawa ke situ. Dan orang-orangnya.. freak semuah! In a very nice way. Tempatnya kecil, dan kalo lo siang-siang dateng ke situ, udah pasti keliatan tempatnya ngga terlalu bersih, tapi ngga bau. Di dindingnya ada beberapa lukisan 'aneh' ala seniman Berlin.
Trus di pojok ruangan ada tangga menuju ke atas, tangganya sempit, di sebelah kanan tangga adalah tembok dengan wallpaper bludru I think, di kirinya pegangan tangan. Ternyata di atas ada kamar mandi. Ngga bersih, tapi lagi-lagi ngga bau dan punya banyak persediaan tisu. Trus di sebelahnya ada ruangan lain yang muterin musik yang agak-agak oldies. The place's called Golden Gate.

I'm so glad I put Berlin as the last city in the trip! I knew it for sure that it was simply gonna be the best!

No comments: